Saturday, October 13, 2018

Mengenal Negara Terhijau Sedunia

BandarQ Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya

SATUQQ - Segar banget bila traveler plesir ke negara ini. Sebabnya, 70 persen kawasannya adalah hutan dan negatif gas karbon. Negara apakah itu?

Nama negara itu adalah negara Bhutan. Negara kecil dapat mengajarkan kepada dunia bagaimana mengelola zat karbon.

Terletak di ketinggian Himalaya Timur, Bhutan adalah salah satu negara paling hijau di dunia. Negara ini kebalikan dari banyak negara yang berjuang untuk mengurangi emisi karbon mereka, Kerajaan Bhutan sudah negatif karbon negatif.

Terjepit antara Cina dan India, Bhutan membentang sekitar 23.818 kilometer persegi. Hutannya amat luas karena mencakup sekitar 70% dari total luasan wilayah negara dan inilah yang bertindak sebagai penyerap karbon alami, penyerap karbon dioksida.

Dalam bentuk angka, bangsa yang berpenduduk sekitar 750.000 orang ini menghilangkan hampir tiga kali lipat CO2 yang dihasilkannya. Kemampuan Bhutan untuk menjadi penyerap karbon itu adalah hutan.

Kebanyakan orang Bhutan bekerja di bidang pertanian atau kehutanan yang berarti mengurangi 2,5 juta ton CO2 setiap tahun. Luksemburg, misalnya, dengan populasi yang lebih kecil, memancarkan empat kali lebih banyak.

Ada negara-negara lain di dunia yang negatif karbon, negara ini juga memiliki hutan dan belum berkembang. Namun di Bhutan, ada faktor lain yang berperan.

Selama 46 tahun terakhir, pemerintah Bhutan memilih untuk mengukur kemajuan bukan melalui produk domestik bruto (PDB) tetapi melalui 'Kebahagiaan Nasional Bruto'. Ukuran ini sangat menekankan pada perlindungan lingkungan alam yang kaya di negara itu.

"Bhutan adalah satu-satunya negara di dunia yang oleh konstitusinya sendiri melindungi hutannya," jelas Juergen Nagler, dari Program Pembangunan PBB di Bhutan.

Perlindungan lingkungan ditulis dalam konstitusi, yang menyatakan bahwa minimal 60% dari total lahan hutan Bhutan harus dipertahankan. Negara ini bahkan melarang ekspor kayu pada tahun 1999.

Terlebih lagi, hampir semua listrik negara berasal dari tenaga air. Bahkan, Bhutan menghasilkan begitu banyak pembangkit listrik tenaga air yang dijualnya ke negara-negara tetangga, yang diklaim oleh Bhutan menyisihkan 4,4 juta ton emisi CO2 tahunan.

Bhutan menyebut bahwa pada tahun 2025, peningkatan ekspor hidroelektrik akan membuat negaranya setara menghilangkan hingga 22,4 juta ton CO2 per tahun di wilayah tersebut. Menjelang KTT COP21 2015 di Paris, Bhutan berjanji bahwa emisi gas rumah kaca tidak akan melebihi karbon yang diserap oleh hutannya.

Meskipun proyeksi menunjukkan emisinya hampir dua kali lipat pada tahun 2040, negara ini akan tetap menjadi negara negatif karbon jika mempertahankan tingkat luasan hutan saat ini. Negatif karbon sangat penting bagi orang Bhutan karena masyarakatnya memiliki kesadaran lingkungan yang sangat tinggi dan menghargai keharmonisan dengan alam.

Bhutan berada di jalur pembangunan hijau dan rendah karbon dengan inisiatif pemerintah untuk menjadikan pertanian negara itu 100% organik pada 2020 dan terbebas dari sampah pada tahun 2030.

Bhutan bahkan membatasi jumlah pengunjung yang masuk ke negara itu dengan biaya harian USD 250 per orang (setara Rp 3,8 juta kini) untuk memastikan lingkungannya tidak terlalu banyak pengunjung.

Meski Bhutan ikut membantu dalam perang melawan perubahan iklim, negara itu sangat rentan terhadap dampaknya. Bhutan melaporkan bahwa hutannya terkena dampak hujan berlebih yang mengakibatkan seringnya banjir, tanah longsor, dan di masa depan, sektor tenaga airnya dapat terganggu parah oleh mencairnya gletser di Himalaya.

Sedang Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa dengan luasan hutan yang beribu kali lipat dari Bhutan, mestinya bisa berbuat lebih bukan? Bukan begitu traveler?

BandarQ Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya