SATUQQ-Bagi Anda yang merasa tak bisa jauh dari makanan, kudapan mungkin jadi salah teman makan.
Disantap selagi santai, ditemani minuman hangat dan kawan berbincang, kudapan terasa begitu nikmat. Kebiasaan ini juga dimiliki oleh penduduk China, terutama yang tinggal di wilayah selatan.
Wilayah ini, termasuk Hong Kong, didominasi oleh orang-orang Kanton. Istimewanya, kudapan tradisional mereka, dim sum (baca: dim sam) kini telah mendunia dan menghiasi banyak buku menu di pelbagai restoran.
Tak heran, orang-orang Kanton dianggap sebagai pencetus lahirnya dim sum. “ Dim sum merupakan pelafalan orang-orang Kanton terhadap dianxin (baca: tien sin),” terang pakar kuliner peranakan Tionghoa, Aji Bromokusumo
Meskipun istilah dianxin dalam bahasa Mandarin secara harafiah berarti kudapan, tetapi istilah ini juga mengandung makna konotatif.
“Maknanya, sedikit menyentuh di hati,” tambah Aji. Aji yang juga menulis buku Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Nusantara menyebut, orang-orang Kanton yang banyak menghuni wilayah Guangdong punya kebiasaan menyeruput teh hijau di pagi hari dibarengi dengan beberapa kudapan.
Secara tradisional, keberadaan teh lebih utama ketimbang dim sum. Mulanya aktivitas di pagi hari ini kerap dijuluki "yam cha" (menyeruput teh).BANDAR Q
Lantas, mengapa istilah “dim sum” lebih populer daripada “yam cha”? Bisa jadi, hal ini dipengaruhi oleh faktor pelafalan “dim sum” yang lebih mudah diucapkan orang-orang Inggris.
Seperti yang diketahui, wilayah Hong Kong memang pernah menjadi koloni Inggris sebelum dikembalikan ke China pada 1997.
Saat ini dim sum tak lagi terikat pada tradisi awalnya. Berbagai restoran kini menawarkan menu dim sum tak hanya sebagai menu sarapan.
Anda dapat menyantap aneka ragam dim sum hingga kekenyangan sekalipun, dengan atau tanpa teh hijau. CAPSA SUSUN
Padahal, dengan makna “sedikit menyentuh di hati”, ditambah perannya sebagai “pelengkap” minum teh, dim sum tidak untuk disantap hingga kenyang.