Sunday, December 2, 2018

Tempat Wisata Instagramable Baru di Yogya: Puri Mataram

Bicara soal tempat wisata di Yogyakarta seperti tidak ada habisnya. Bahkan sekarang ada satu destinasi baru yang mengusung konsep budaya Kerajaan Mataram.

Di tempat wisata yang bernama Puri Mataram ini, pengunjung dapat merasakan nuansa tradisional yang kental akan nilai budaya di tengah-tengah hiruk pikuk Kabupaten Sleman.

Puri Mataram sendiri berjarak sekitar 8 KM dari pusat Kota Yogya, untuk mencapai tempat tersebut pengunjung hanya perlu melakukan perjalanan darat ke utara, tepatnya ke arah Jalan Magelang.

Sesampainya di simpang empat Lapangan Denggung, pengunjung harap berbelok ke kiri menuju Jalan KRT Pringgodiningrat. Setelah menyusuri jalan tersebut, pengunjung nantinya melewati Kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Sleman.

Hanya berjarak benerapa meter akan tampak simpang tiga. Tepat di selatan simpang tiga itulah terpampang jalan masuk menuju Puri Mataram.

Sampai di Puri Mataram, detikTravel disambut sebuah bangunan adat Jawa dan disusul sebuah embung lengkap dengan permainan becak air dengan warna beraneka ragam. Berjalan lebih jauh, detikTravel disuguhi pemandangan sawah yang berada di Puri Mataram.

Bangunan Jawa lengkap dengan embung dan bebek-bebekan (Pradito/detikTravel)

Tampak pula sebuah jembatan dari bahan bambu yang cukup panjang dan membelah persawahan tersebut. Selain itu, ketika melintasi jembatan itu, mata pengunjung akan dimanjakan oleh taman bunga yang terdapat bunga dengan aneka warna dan cocok untuk berswafoto ria.

Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tridadi Makmur, Raden Agus Cholik mengatakan, Puri Mataram dibentuk warga Drono setelah melihat banyaknya tempat wisata yang berada di sekitar Tridadi. Selain itu, mengingat adanya dana Desa didukung keberadaan lahan yang berpotensi dijadikan tempat wisata, warga kemudian menyulapnya sebagai tempat wisata.

"Puri Mataram dibangun karena di sebelah kan ada eksotarium dan Kampung Flory, karena itulah kepikiran untuk membuat destinasi wisata di sini (Tridadi) dengan konsep yang berbeda," katanya saat ditemui detikTravel di Puri Mataram, Jumat (30/11/2018).

"Puri Mataram ini didirikan oleh Desa melalui BUMDes Tridadi Makmur tahun 2017 dan mulai dibangun awal tahun 2018. Jadi belum ada setahun umurnya itu dan soft launching baru tiga bulan yang lalu," imbuhnya.
Ada jembatan bambu cantik di tengah sawah (Pradito/detikTravel)

Dikatakan Cholik, bahwa selain memanfaatkan dana Desa, pembangunan Puri Mataram berasal dari dana Pemerintah Provinsi DIY dan sumbangan masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembangunan Puri Mataram betul-betuk kolaborasi antara Pemerintah dan masyarakat.

"Dana yang dibutuhkan, karena tanahnya 4,5 hektar dan sewa desa, kita butuh dana Rp 3,5 miliar. Tapi tetap 51 persen dari Desa, lainnya dari urunan masyarakat," katanya.

Konsep yang berbeda pun dipilih agar dengan tempat wisata di Tridadi tidak menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan ke depannya malah dapat bekerjasama dengan tempat wisata lain.

Setelah dimusyawarahkan, muncullah konsep tempat wisata keluarga berbasis kebudayaan Kerajaan Mataram. Selain itu, dengan konsep tersebut dapat mengedukasi pengunjung yang datang.

"Puri itu filosofinya tempat indah yang di dalamnya itu ada taman, ada air, ada ayunan untuk bermain serta ada tempat tinggal yang nyaman. Sedangkan Mataram itu dari kerajaan Mataram tempo dulu, sesuai dengan bangunannya yaitu pendopo dan limasan. Karena itu namanya Puri Mataram," ujarnya

 Kalau mau jajan harus tukar uang dulu (Pradito/detikTravel)

"Karena mengusung konsep itu, maka kami tonjolkan suasana Mataram tempo mulai dari bangunan, makanan yang dijual sampai alat transaksi khusus di hari-hari tertentu," imbuhnya.

Diungkapkannya, alat transaksi yang dimaksudkan adalah untuk transaksi pembayaran, dan itu hanya berlaku saat diadakan Pasar Ndelik. Di mana Pasar Ndelik sendiri hanya digelar setiap hari Minggu dan hari libur nasional. Sedangkan di hari biasa, pengunjung dapat mengunjungi Resto yang menyuguhkan aneka makanan khas dan tradisional.

"Kalau hari Minggu ada Pasar Ndelik yang menyajikan makanan khas Kerajaan Mataram tempo dulu seperti cenil dan minuman tradisional seperti dawet. Kenapa namanya Pasar Ndelik? Karena di pinggir-pinggir ditanami pohon dan kalau sudah besar menutupi Pasar dan seperti sedang ndelik (Bersembunyi)," ujarnya.

"Untuk jajan makanan dan minuman di Pasar Ndelik harus pakai uang pandel dari bahan kayu. Jadi uang tunai nanti ditukar uang pandel itu dan disesuaikan nominalnya berapa," lanjutnya.

Lebih lanjut, saat ini di Puri Mataram baru tersedia 3 wahana wisata, namun akhir tahun ini pihaknya berencana menambah dua wahana baru. Bahkan tahun depan Puri Mataram berencana menambah lagi wahananya.

"Untuk wahananya saat ini ada becak air, lalu ada Taman Kelinci dan Taman Bunga, tapi bulan Desember akan ditambah dua wahana lagi yaitu Taman Kitiran dan wahana tangkap ikan. Jadi target tahun ini 5 wahana dan tahun depan targetnya 10 wahana," ujarnya.

"Kalau jam buka dari jam 8 pagi sampai dam 6 sore, kalau restonya rencana akan diperpanjang waktunya sampai jam 9 malam. Untuk masuknya free, tapi kalau masuk tiap wahana dikenai biaya Rp10 ribu dan sudah termasuk sama anaknya kalau bawa anak," imbuhnya.

Ditambahkan Cholil, dengan keberadaan Puri Mataram diharapkan mampu menjadi salah satu pilihan destinasi wisata di DIY dan benar-benar menjadi tempat wisata yang bisa dinikmati oleh masyatakat luas.

Sementara itu, salah seorang pedagang yakni Sumarni (58), warga Plaosan, Tlogoadi, Sleman mengatakan, bahwa ia hanya menjajakan dagangan saat hari Minggu dan hari libur nasional. Menurutnya, dengan adanya Puri Mataram sangat membantu masyarakat sekitar menggerakkan roda perekonomian Desa.

"Kalau hari Minggu itu ramai, di sini masyarakat diajak untuk terlibat dan yang jelas sangat bermanfaat," pungkasnya.