Bagi penggemar film Indonesia mungkin nama Mira Lesmana dan Riri Riza sudah tidak asing lagi. Beberapa film box office lahir dari kerja keras mereka. Tahun ini mereka mencoba kembali menghadirkan sebuah film bertema keluarga dan pariwisata yang berjudul 'Ku Lari ke Pantai'.
Namun dalam filmnya kali ini bukan nama-nama besar di dunia perfilman yang mencuri perhatian khalayak. Justru perhatian tertuju kepada seorang bernama Dani James Maxey atau yang dikenal di Instagram dengan nama akun @suku_dani.
Pria berdarah asli Kanada ini cukup fasih berbahasa Indonesia, namun yang menjadikannya spesial adalah kekentalan logat Papuanya.
Dani lahir dan tumbuh besar di Jayapura, tepatnya di Wamena, tempat orangtuanya bekerja semasa ia kecil.
Dalam wawancara dengan CNNIndonesia.com Dani merasa sangat bangga dibesarkan di Papua, karena bisa dekat dengan alam sekaligus mengenal kepribadian masyarakatnya yang ramah.
"Kakak saya dan saya adalah satu-satunya anak bule di Wamena waktu itu, tapi warga Papua anggap kami seperti saudara. Walaupun berbeda warna kulit tapi hati kami tetap satu karena teman-teman kami semua warga papua," ujar Dani kepada CNNIndonesia.com saat dihubungi lewat telepon, Rabu (27/6).
Sedikit mengenang masa kecilnya, Dani mengaku sangat senang bermain di Sungai Balin. Meskipun sebenarnya banyak sekali tempat wisata di Wamena, Dani melanjutkan, namun Sungai Balin menjadi destinasi favoritnya
"Pemandangannya indah dan airnya jernih, jadi saya sering ke sana bersama teman-teman hampir setiap hari. Di sana kami menghabiskan waktu untuk bermain, mulai dari manjat pohon sampai main air," ujar Dani diikuti tawa kecil.
Lepas masa SMP, Dani pindah ke Jayapura untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA.
Di sana Dani mengaku kerap menghabiskan waktunya di Pantai Holtekamp yang jarakya tidak jauh dari pusat kota.
"Walaupun pasirnya hitam tapi pantai ini indah, tempatnya pun cenderung sepi kecuali hari Sabtu dan Minggu. Bahkan untuk musim-musim tertentu ombaknya cukup besar. Jadi saya sering surfing di sana, karena saya memang suka surfing," katanya.
Meskipun Dani sempat meninggalkan Papua untuk menempuh pendidikan jenjang sarjana di Amerika Serikat, namun ia masih menaruh perhatian besar bagi tanah kelahirannya.
Di akun Instagram-nya, Dani sempat mengunggah video pendek dan memberi edukasi mengenai bahaya dan cara penanggulangan penyakit HIV/AIDS yang masih mewabah di Papua.
"Orang tua saya punya lembaga swadaya masyarakat yang fokusnya mengenai penyakit HIV/AIDS, dan hati saya juga ke situ. Saya ingin membantu menyebarkan informasi kepada masyarakat luas di Papua akan bahaya dan cara penanggulangan penyakit mematikan itu," ujarnya.
"Menurut saya masalah HIV dan AIDS itu salah satu masalah terbesar di Papua, jika tidak segera diatasi maka saya rasa masyarakat Papua bisa habis. Mungkin ini terdengar agak kasar tapi saya rasa realitasnya seperti itu. Karena cukup banyak kehilangan teman dari Papua yang karena penyakit itu," pungkasnya.