Saturday, June 30, 2018

Air Terjun Kembang Soka Kulon Progo : Surga Tersembunyi Di Pegunungan Menoreh


Diantara terbilang daerah wisata menakjubkan di Daerah Istimewa Jogyakarta, tersebutlah Air Terjun Kembang Soka ( sering disebut juga air terjun Mbang Soka). Ia terletak di Padukuhan Gunung Kelir, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo.

Surga kecil ini muncul seolah oasis di dalam luasnya gurun, menghadirkan keindahan tanpa polesan, bagaikan anak gadis baru tumbuh dewasa. Letaknya yang setengah tersembunyi dibalik rimbunan hutan membuatnya bagaikan surga yang menjelma, pemandangan nya memuaskan mata, suara gemuruh air nya menenangkan jiwa. Meski sendirian, kita tidak merasakan sepi.

Ia dinamai Kembang Soka, karena asal dari salah satu sumber mata air nya adalah berasal dari bawah tanah dimana banyak tumbuh bunga soka di atasnya. Dan secantik bunga soka, air terjun ini memiliki keistimewaan tersendiri. Taburan air nya yang selain menyegarkan mengingat ia berada di desa Jatimulyo yang merupakan bagian dari barisan perbukitan Menoreh, juga jernih dan memiliki dua warna, perpaduan antara warna putih dan hijau toska nan lembut.


Air terjun ini berada pada posisi tertinggi di antara lokasi air terjun lain di sekitarnya, tidak heran tumpahan air nya sedemikian deras sehingga dapat dijadikan sumber pengairan bagi warga sekitar. Yang lebih unik lagi adalah bebatuan di sekitar air terjun tersebut, dimana kita bagai menyaksikan film fantasi hidup saat melihat bebatuan.

Warna  terang kekuningan yang bermunculan dari dasar sungainya, saling menonjol membentengi kucuran air pada salah satu bagiannya, sementara jika kita menoleh ke samping kanan dan kiri kearah tebing di sekitar air terjun, kita menemukan bebatuan berwarna pekat kemerahan.

Air terjun ini hasil dari pertemuan tiga sumber air, yaitu mata air Kembang Soka (Toyotombo) yang seperti saya sampaikan diatas pada akhirnya menjadi nama air terjun ini, mata air Tuk Jaran atau dapat diartikan sumber rezeki, yang dijadikan warga tidak hanya untuk berwisata tetapi juga mencari berkah, dan juga mata air Kalimiri.

Ketiga mata air ini menjelma menjadi aliran tiga air terjun kecil setinggi kurang lebih 5 meter, 15 meter dan 30 meter. Ketiganya kemudian bertemu pada satu aliran terbesar setinggi kurang lebih 40 meter.

Wisata air terjun ini terbilang masih baru dikelola secara serius sebagai obyek wisata yang menjadi potensi pendapatan daerah, usianya baru kurang lebih satu tahun. Sebelumnya, ia merupakan harta milik warga yang dibiarkan tumbuh secara alami.


Wilayah keseluruhan obyek wisata ini cukup luas, yaitu kurang lebih sekitar lima hektar. Tampak beberapa bagian sekitar kawasan ini masih tertutup hutan dan ada bagian yang sudah lebih tertata, agar memudahkan akses bagi pengunjung sekaligus menciptakan kenyamanan bagi mereka yang berwisata. 

Contohnya adalah terdapatnya beberapa warung yang dibuka warga sekitar menyediakan berbagai makanan ringan. Pada salah satu bagian dari lokasi wisata ini juga terdapat beberapa jembatan bambu yang memungkinkan wisatawan dapat lebih mendekat ke area sungai.

Jembatan ini juga sekaligus membantu mempermudah wisatawan menikmati pemandangan sekitarnya, menjelajah lokasi yang sulit dijangkau pejalan kaki, selain itu, lokasi jembatan bambu ini cukup indah untuk lokasi berfoto.

Untuk mencapai lokasi air terjun ini, saat ini sudah terbilang lebih mudah, meskipun membutuhkan usaha. Tempat ini beralamat di di Jalan Sermo, Girimulyo, Daerah Istimewa Jogyakarta. Wisatawan yang berniat ke obyek wisata ini, sebaiknya mempersiapkan fisik yang cukup prima, karena diperlukan perjalanan kaki yang cukup panjang.

Pertama-tama, yang menjadi pencarian utama wisatawan adalah Desa Jatimulyo dimana menuju desa ini dapat diakses menggunakan kendaraan bermotor. Sesampainya di desa tersebut, sudah cukup banyak petunjuk arah yang sengaja dibuat warga untuk membantu wisatawan, namun kita harus berhati-hati dikarenakan beberapa wilayah yang lokasinya menurun tajam atau terdapat kerusakan jalan sebelum akhirnya sampai pada pintu masuknya.

Dari sini, wisatawan harus mulai berjalan kaki. Kendaraan roda dua maupun lebih dapat dititipkan pada warga maupun pengelola parkirnya dengan membayar Rp.1000,00 saja, sedangkan untuk menikmati obyek wisata nya kita hanya diwajibkan membayar biaya retribusi kepada warga yang sekaligus menjadi pihak yang mengelola wilayah ini sebesar Rp.3000,00 saja.


Tentu saja masih banyak yang perlu diperbaiki bahkan mungkin dibongkar untuk ditata kembali terkait obyek wisata ini, dan hal ini diperlukan kerjasama yang utuh dari pemerintah daerah dan warga sendiri. Seperti misalnya infrastruktur jalan dan aksesnya, petunjuk jalan yang lebih tertata rapi atau fasilitas rumah makan dan  tempat beristirahat bagi wisatawan.

Namun bagi kita wisatawan dan pengunjung juga sebaiknya ikut berperan serta di dalamnya, dengan mempromosikan tempat wisata indah ini, selain untuk memperluas wawasan kita terhadap keindahan negeri kita juga membantu warga sekitar untuk memperoleh penghasilan lebih, namun sekaligus menjaga keasriannya tetap terjaga, jangan sampai surga ini berubah menjadi neraka, karena ulah kita sendiri.

BandarQ Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya