Sate pada umumnya menggunakan kecap dan bumbu lain untuk mengolah sate, berbeda dengan sate klathak, sate ini hanya menggunakan garam dalam olahannya. Pak Bari adalah pencetus nama klathak yang dulunya bernama sate uyah (garam), ketika usahanya masih dikelola oleh ayahnya. Klathak sendiri berasal dari kata melinjo yang sudah terkupas kulitnya, seperti yang dikatakan Pak Bari yang mempunyai memori bersama melinjo klathak pada masa kecilnya.
Sate Klathak Pak Bari merupakan sate Klathak yang pertama berdiri dari tahun 1992, Pak Bari adalah generasi ke 3 karena usahanya merupakan warisan dari kakek dan ayahnya. Lokasi tempat ini berada di sebelah selatan kota Jogja tepatnya di kabupaten Bantul, 30 menit dari pusat kota, dan beralamat di Jalan Imogiri Timur, No.5, Wonokromo, Pleret, Bantul (di Area Pasar Wonokromo).
Jika sate biasanya memakai tusuk kayu, di tempat Pak Bari menggunakan jeruji, karena menghantar panas yang baik, jadi bisa lebih cepat matang hingga bagian dalam. Untuk 1 Porsi Sate Klathak (2 tusuk ukuran besar) bisa didapatkan dengan harga Rp. 20.000, Pak Bari biasanya dapat mengolah 3 ekor kambing dalam seharinya, selain sate klatak terdapat menu lain, tim wisatakuliner.com juga mencicipi tongseng kepala kambing seharga Rp. 50.000, untuk tongseng kepala ini terasa manis gurih khas tongseng pada umumnya, namun teksturnya empuk dan lembut.
BandarQ Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya