Pegunungan Himalaya bukan hanya Puncak Everest semata. Masih banyak cerita yang jadi misteri dan tempat-tempat yang sulit terjamah. Malana, salah satunya.
Dilansir BBC Travel seperti dilihat detikTravel, Jumat (9/11/2018) jauh di Lembah Parvati, tepatnya di wilayah Himachal Pradesh, India bagian utara terdapat desa kecil yang belum banyak didengar traveler. Desa bernama Malana.
Cukup sulit untuk sampai ke sana. Perjalanan membutuhkan waktu 4 jam jalan kaki dari Lembah Parvati. Treknya tak mudah, kadang menembus kabut tebal, naik turun bukit dan melewati tebing-tebing curam tanpa pengaman. Belum ada jalan yang bisa dilalui kendaraan bermotor.
Desa Malana berada di atas pegunungan, dengan lanskap Pegunungan Himalaya yang puncak-puncaknya tertutup salju. Dihuni sekitar 1.000 penduduk, desa ini menutup diri dari dunia luar. Mereka punya kehidupan sendiri yang tak ingin diusik dan tak mau mengusik.
Menurut legenda asal penduduk Desa Malana, sejumlah pasukan Iskandar Agung membangun tempat perlindungan di desa yang terkucil ini pada 326 Sebelum Masehi, sesudah terluka akibat perang melawan Porus, pemimpin di wilayah Punjab, India. Para serdadu ini sering disebut-sebut sebagai leluhur orang-orang Malana. Artefak-artefak dari masa itu ditemukan di desa tersebut, seperti sebilah pedang yang dilaporkan ditemukan di dalam kuil.
Meski begitu, hubungan genetik dengan para serdadu Iskandar Agung itu belum pernah diteliti atau ditemukan. Faktanya, banyak penduduk lokal yang tidak mengerti tentang cerita tersebut.
Faktanya lagi, Desa Malana memiliki bahasa sendiri. Mereka berbicara dalam bahasa Kanashi, yang dianggap suci dan tidak diajarkan kepada orang asing. Juga tidak digunakan di bagian lain di dunia!
Anju Saxena seorang profesor linguistik dari Uppsala University, Swedia pernah meneliti tentang bahasa Kanashi. Menurutnya, bahasa itu tidak dapat terdefinisikan dan hanya ada di Desa Malana.
"Bahasa Kanashi memenuhi syarat sebagai bahasa lisan dan hampir tidak terdefinisikan, yang terancam punah. Bahasa itu milik keluarga bahasa Sino-Tibetan, dan semua desa-desa di sekitarnya, bahasa Indo-Aryan diucapkan, yang sama sekali tidak terkait dengan bahasa Kanashi. Hal ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang struktur prasejarah dan linguistiknya," paparnya.
Sistem demokrasi Malana pun unik. Konon merupakan salah satu yang tertua di dunia dan mirip dengan sistem demokrasi Yunani Kuno, terdiri dari majelis rendah dan majelis tinggi. Meski begitu, keputusan tertinggi ada pada pemuka agama setempat.
Mehk Chakraborty, penulis dari BBC Travel mengisahkan tentang pengalamannya ke Desa Malana pada pertengahan tahun 2018. Menurutnya, orang-orang di sana sangat tertutup.
"Bahkan saat saya mau membeli air minum, saya disuruh meletakkan uang di meja dan disuruh pergi tanpa si penjual melihat saya sedikit pun," katanya.
Bahkan, pengunjung dilarang bermalam di Desa Malana. Siapapun pengunjungnya, mereka hanya bisa masuk pada siang hari. Tidak boleh sampai malam hari, apalagi ya itu tadi, sampai bermalam.
Bagi orang-orang India, penduduk Malana sudah dikenal sangat ketat dan tegas pada pengunjung dari luar desa mereka, meski adalah orang India. Kabarnya, penduduk Malana hanya bisa menikah dengan penduduk Malana alias tidak boleh dengan orang luar. Kalau sampai melanggar, bisa diusir dari desa.
"Karena sangat menyadari bahwa orang asing tidak diterima di sini, saya merasa seperti penyusup. Tidak peduli apakah saya suka atau tidak, penduduk lokal tidak akan membawa saya masuk, dan saya harus menghormati budaya mereka," tulis Mehk Chakraborty.
Akhirnya, kembali lagi pada suatu sikap tentang hormat-menghormati. Desa Malana memiliki budaya sendiri yang harus dihormati, serta para pengunjung harus menerima konsekuensi. Begitu menarik budaya dan kehidupan mereka, tapi tidak ada pintu yang terbuka untuk mengenalnya lebih dalam.
Desa Malana, akan selamanya dingin dan dipenuhi teka-teki. Menjadi misteri, di rangkaian pegunungan tertinggi.